Peribahasa Indonesia

Peribahasa Bahasa Indonesia lengkap beserta artinya.

Sudah buta baru celik

sudah dapat gading bertuah , tanduk tiada berguna lagi

sudah di depan mata

sudah arang-arang hendak minyak pula

sudah basah kehujanan

sudah bertarah berdongkol pula

Sudah beruban baru bergaum

sudah beruban baru berguam

Sudah besar maka hendak melanda

suaranya seperti membelah betung

sirih pulang ke gagang

Sirih pulang ke gagang, pinang pulang ke tampuk

sokong membawa rebah

spt sebuah biji tersesat dl rumput

suarang ditagih, sekutu dibelah

Silap mata, pecah kepala

singkap daun ambil isi (buah)

singkat diulas panjang dikerat

singkat tidak terluas, panjang tidak terkerat

siput memuji buntut

sirih naik junjungan patah

Sia-sia utang tumbuh

Sidingin tampal di kepala

sigai dua segeragai

Sigai sampai ke langit

silap mata pecah kepala

sia-sia negeri alah

Siapa yang menabur angin, akan menuai badai

Siapa yang menggali lubang, akan terperosok lubang sendiri

siapa yg makan cabai, dialah yg berasa pedas (kepedasan)

siar bakar berpuntung suluh

Sia-sia menggiring angin, terasa ada tertangkap tidak

sia-sia menjaring angin, terasa ada tertangkap tidak

siapa menjala , siapa terjun

siapa pun jadi raja, tanganku ke dahi juga

siapa sakit, siapa –

siapa yang gatal, dialah yang menggaruk

Siapa yang kena cubit, itulah yang merasa sakit

Siapa yang mau mengaku berak di tengah jalan

siapa melejang siap patah

siapa melejang, siapa patah ( siapa melalah, siapa patah; siapa menyuruk, siapa bungkuk)

Siapa melompat, siapa patah

siapa luka siapa menyiuk

siapa makan lada , ialah berasa pedas

siapa berkotek , siapa bertelur

Siapa cepat boleh dapat, siapa kemudian putih mata

siapa gatal , dialah menggaruk

siapa lama tahan, menang

si cebol hendak mencapai bulan (bintang)

Si cebol rindukan bulan

Siang bermatahari, malam berbulan

siang bernapas, malam berembun (malam berselimut embun, siang bertudung awan)

Siang berpanas, malam berembun

Setinggi-tingginya bangau terbang, akhirnya ke pelimbahan (kubang) juga

seukur mata dengan telinga

setinggi-tinggi bangau terbang, surutnya ke kubangan

Setinggi-tinggi bola melambung, jatuhnya ke tanah jua

setinggi-tinggi melambung , surutnya ke tanah juga

sesat surut, terlangkah kembali

Sesayat sebelanga juga

Setajam-tajam pisau, masih lebih tajam lidah

Setali tiga uang

setapak jangan lalu, setapak jangan surut

setempuh lalu, sebondong surut

sesal dahulu yang bertuah, sesal kemudian yang celaka

Sesat di ujung jalan surut ke pangkal jalan

Sesat surit terlangkah kembali

sesak berundur-undur, hendak lari malu, hendak menghambat tak lalu

sesal (pikir) dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna

Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna / Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna

serigala dengan anggur

Seringgit dua kupang

serumpun bagai serai, selubang (seliang) bagai tebu

serumpun serai , selubang (seliang) bagai tebu (serumpun bagai serai , seikat bagai sirih)

Serigala berbulu domba

Sepuluh jung masuk pelabuhan, anjing bercawat ekor jua

Sepuluh batang bertindih yang di bawah juga yang kena

seperti ular kena bedal (palu, pukul)

Seperti ular kena palu

seperti ular mengutik-ngutik ekor

Seperti unta menyerahkan diri

sepesan anak beranak, anaknya beranak (menggigit) pula

Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga

Seperti tikus jatuh ke beras

seperti tikus masuk perangkap

seperti tikus masuk rumah

seperti toman makan anak

Seperti udang dipanggang

Seperti ular dicubit ekor

seperti tikus jatuh di beras

Seperti talam dua muka

Seperti telur di ujung tanduk

Seperti tidak berjejak di bumi

Seperti seludang menolak mayang

seperti sengkalan tak sudah

seperti siang dengan malam

Seperti sirih pulang ke gagangnya

seperti santan dengan tengguli

Seperti sayur dengan rumput

Seperti sayur tidak berbumbu

seperti pinggan dengan mangkuk salah sedikit hendak berantuk

Seperti pipit menelan jagung

seperti polong kena sembur

seperti pungguk merindukan bulan

seperti rusa kena tambat

Seperti rusa masuk kampung

Seperti padi hampa, kepalanya mendongak (Seperti padi hampa, makin lama makin mendongak)

seperti panji-panji , ditiup angin berkibar-kibaran

seperti parang bermata dua

seperti pikat kehilangan mata

Seperti pinang dibelah dua

Seperti pinang pulang ke tampuknya

Seperti orang buta kehilangan tongkat

Seperti orang darat jolong menurun

seperti orang kecabaian

seperti orang mati jika tiada orang mengangkat bila akan bergerak

seperti mentimun dengan durian

seperti misai pulang ke bibir

Seperti musang berbulu ayam

Seperti negeri dialahkan garuda

Seperti nyawa ayam

Seperti orang buta baru melek

Seperti menggantang asap

Seperti menggenggam bara, terasa hangat dilepaskan

Seperti menghasta kain sarung

Seperti menghela rambut ditepung, rambut tak putus, tepung tidak terserak

seperti menghilang manau

Seperti meniup api di atas air

seperti menangkap ikan dalam belanga

seperti menanti orang dahulu, mengejar orang kemudian

Seperti menatang minyak penuh

seperti menating minyak penuh

Seperti mendapat durian runtuh

seperti menepung tiada berberas

seperti melukut di tepi gantang

Seperti membakar lalang

seperti memegang tali layang-layang

Seperti menampalkan kersik ke buluh

seperti lonjak alu penumbuk padi

seperti mayat ditegakkan

seperti lampu kekurangan minyak

seperti lebah , mulut membawa madu, pantat membawa sengat

Seperti lebah, mulut bawa madu, pantat bawa sengat

seperti lepat dengan daun

seperti limau masak seulas

Seperti lipas kudung

seperti kodok ditimpa kemarau

seperti kucing dibawakan lidi

Seperti kucing lepas senja

seperti kuda lepas dari pingitan

« Sebelumnya 1 2 3 4 5 … 16 Berikutnya »

Kategori Terpopuler

Peribahasa Indonesia