Peribahasa Indonesia

Peribahasa Bahasa Indonesia lengkap beserta artinya.

retak-retak mentimun

rezeki elang tak akan dapat (dimakan) oleh musang (burung pipit)

rambut sama hitam, hati masing-masing

Rambut sama hitam, hati orang masing-masing

rasa tak mengapa hidung dikeluani

rasam minyak ke minyak, rasam air ke air

rebung tak miang , bemban pula miang

raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah

rajin mengais tembolok berisi

ramai beragam , rimbun menyelara

rambut sama hitam hati masing-masing

pusat jala pumpunan ikan

Putih kapas dapat dibuat, putih hati berkeadaan

putih tapak nya lari

Putus benang dapat disambung, putus arang susah sekali

putus kelikir , rompong hidung

puyu di air jernih

ragang gawe

pukul anak, sindir menantu

pulau sudah lenyap, daratan sudah tenggelam

punggung parang sekalipun jika selalu diasah, akan tajam juga

punggur rebah belatuk menumpang mati

punggur rebah, belatuk menumpang mati

pukul anak sindir menantu

pucat seperti mayat

pucuk dicinta ulam tiba (hendak ulam pucuk menjulai)

pucuk diremas dengan santan, urat direndam dengan tengguli, lamun peria pahit juga

pucuk layu disiram hujan

pukat terlabuh, ikan tak dapat

pukul anak menyindir menantu

pinggan tak retak nasi tak dingin

pipinya sebagai pauh dilayang

pipit menelan jagung

pipit pekak makan berhujan

pisang tidak – dua kali

potong hidung rusak muka

pilih-pilih ruas, terpilih pada buku

pilih-pilih ruas, terpilih pada buku (terkena buku buluh)

pinang pulang ke tampuk nya

pijat-pijat menjadi kura-kura

pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna

pikir itu pelita hati

perahu papan bermuat intan

perahu sudah di tangan, perahu sudah di air

perang bermalaikat, sabung berjuara

pergi tempat bertanya, pulang tempat – (berkenaan dengan orang cerdik pandai)

perkawinan tempat mati

permata lekat di pangkur

perut panjang sejengkal

pendekar elak jauh

pengaduan berdengar, salah bertimbang

pengayuh sama di tangan, perahu sama di air

pepat di luar, rancung (pancunya) di dalam

pepat kuku seperti bulan tiga hari

perahu bertambatan, dagang bertepatan

pelanduk di dalam cerang (di cerang rimba)

pelanduk melupakan jerat, tetapi jerat tak melupakan pelanduk

pelanduk melupakan jerat, tetapi jerat tidak melupakan pelanduk

pelepah bawah luruh, pelepah atas jangan gelak

pelesit dua sejinjang

pencarak benak orang

pecah buyung tempayan ada

pecah kapi , putus suai

pecah menanti sebab, retak menanti belah

pecak boleh dilayangkan, bulat boleh digulingkan, batu segiling pecak setepik

pejatian awak, kepantangan orang

pekak pembakar meriam

pelanduk di cerang rimba ( pelanduk di dalam cerang)

patah tumbuh hilang berganti

payah-payah dilamun ombak, tercapai juga tanah tepi

pecah anak buyung, tempayan ada

patah tongkat berjeremang ( patah sayap bertongkat paruh; patah tongkat bertelekan)

patah tongkat berjeremang (bertelekan)

patah tongkat berjermang

pasar jalan karena diturut, lancar kaji karena diulang

patah batu hatinya

patah kemudi dengan bam nya

patah kemudi dengan ebamnya

patah lidah alamat kalah, patah keris alamat mati

patah sayap bertongkat paruh

patah selera banyak makan

pangsa menunjukkan bangsa (sebagai durian menunjukkan pangsa nya)

Pangsa menunjukkan bangsa, umpama durian

panjang langkah singkat permintaan

pantang kutu dicukur, pantang manusia dihinakan

parang gabus menjadi besi

pasang masuk muara

paksa tekukur, padi rebah, paksa tikus, lengkiang terbuka

panas setahun dihapuskan hujan sehari

panas tidak sampai petang

pandai – air

Pandang anak pandang menantu

pandang jauh dilayangkan, pandang dekat ditukikkan

padi sekapuk hampa, emas seperti loyang, kerbau sekandang jalang

padi selumbung dimakan orang banyak

pagar makan padi

pagar makan tanaman

pahit dahulu, manis kemudian

pacet hendak menjadi ular

padang perahu di lautan, padang hati dipikirkan

padi dikebat dengan daunnya

padi masak, jagung mengupih

padi segenggam dengan senang hati lebih baik daripada padi selumbung dengan bersusah hati

orang timpang jangan dicacat, ingat-ingat hari belakang

orang tua diajar makan pisang

orang mandi bersiselam, awak mandi bertimba

Orang mau seribu daya, bukan seribu dali

orang mengantuk disorongkan bantal

orang muda selendang dunia, orang kaya suka dimakan

orang pembuat periuk, bertanak di tembikar

orang penggamang mati jatuh

orang terpegang pada hulu nya, awak terpegang pada matanya

ombak yang kecil jangan diabaikan

orang – beranak tak boleh disuruh

orang berdendang di pentas nya

orang berdendang di pentasnya

orang berdendang di pentasnya, orang beraja di hatinya

orang dahaga diberi air

orang haus diberi air, orang lapar diberi nasi

nibung bangsai bertaruk muda

ningan, dipakai untuk bumbu atau obat; laos;

nyamuk mati gatal tak lepas

nyawa bergantung di ujung kuku

obat jauh penyakit hampir

ombak nya kedengaran, pasirnya tidak kelihatan

nafsu nafsi, raja di mata, sultan di hati

napas tidak sampai ke hidung

nasi – tidak termakan

Nasi sudah menjadi bubur

neraca palingan bungkal, hati palingan Tuhan

neraca yang palingan, bungkal yang piawai

musang terjun, lantai terjungkat

musim kemarau menghilirkan baluk

Musuh dalam selimut

musuh jangan dicari-cari, bersua jangan dielakkan

Musang berbulu ayam

mumbang ditebuk tupai

mumbang jatuh kelapa jatuh

mu-rah di mulut mahal di timbangan

Murah di mulut, mahal di timbangan

mulut satu lidah bertopang

mulut telanjur (terdorong) emas tantangannya (padahannya)

mulut terdorong, emas padahan nya,

mulut bau madu, pantat bawa sengat

mulut disuapi pisang, pantat dikait dengan onak ( mulut manis hati berkait)

mulut kamu, harimau kamu

mulut kapuk dapat ditutup, mulut orang tidak

mulut manis jangan percaya, lepas dari tangan jangan diharap

mulut manis mematahkan tulang

mulut bagai ekor ayam diembus

« Sebelumnya 1 … 4 5 6 7 8 … 16 Berikutnya »

Kategori Terpopuler

Peribahasa Indonesia